29 January 2015

Karakter dari Kepribadian Individu Orang Sunda

Sebagai salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia, Sunda memiliki norma kearifan lokal dari budayanya. Beberapa filosofi dari nenek moyang masyarakat Sunda, mempunyai nilai dan tafsiran yang sangat berpengaruh dalam kehidupan urang Sunda itu sendiri, baik itu dengan alam, ataupun dengan masyarakatnya. Namun seiring berjalannya waktu, pengaruh dari berbagai kebudayaan  yang masuk ke Indonesia, khususnya Sunda, seperti memaksa kita melupakan berbagai filosofi asli urang Sunda.

 

Urang Sunda pun seakan lupa akan asal-usul mereka. Bahkan bagi mereka yang mempunyai “darah” Sunda dan tinggal ditatar Sunda (sebagian besar daerah Jawa Barat khususnya), sudah tidak mengetahui bagaimana cara bermasyarakat layaknya filosofi karuhun (nenek moyang) mereka.

 

Memang ada peribahasa Sunda yang mengatakan “kudu ngindung ka waktu, mibapa ka jaman.” yang bermakna, hidup harus dapat menyesuaikan dengan zaman yang ada. Tetapi tidak perlu juga melupakan kearifan dan nilai-nilai kebudayaan yang sudah ada sejak zaman nenek moyang.

 

Mereka membangun kebudayaan untuk hidup dalam kehidupan bermasyarakatnya. Interaksi dan integrasi sosial dibangun agar dapat menghidupkan sosialisasi lingkungannya. Atas dasar itulah urang Sunda memiliki rasa saling menghargai satu sama lain. Seperti dalam peribahasanya, “pamali gelut jeung dulur, pamali bengkah jeung baraya.” yang berarti tidak boleh saling menyudutkan atau setiap manusia harus bisa saling menghormati dan menghargai sesamanya.

 

Adapun dalam sifatnya, urang Sunda memiliki sifat alamiah pendamai dan cenderung menghindari kekerasan, namun dapat terbuka kepada setiap orang. Urang Sunda pun terkenal dengan banyolan-banyolannya yang khas, dan biasanya sering diselipkan dalam setiap pembicaraan mereka, baik itu dalam pembicaraan yang bersifat formal ataupun informal.

 

Dalam gambaran pribadinya, pribadi urang Sunda merupakan individu-individu yang tenang, dingin, dan terkadang memiliki sifat rasa malu. Namun inilah yang membuat mereka hampir-hampir tidak terlihat gelisah dan selalu terlihat ceria. Dibalik pribadi yang dingin dan malu-malu, sebagian besar dari mereka memiliki kepekaan agar bisa merasakan emosi yang terkandung pada sesuatu.

 

Selain itu urang Sunda cenderung bersikap menarik diri dari segala macam keterlibatan. Mungkin karena memiliki sifat pendamai tersebut sehingga mereka lebih sering memilih bersikap seperti itu. Itu dapat terlihat dari  dari struktur pemerintahan nasional, bahwa urang Sunda tidak pernah mendominasi struktur politik pemerintahan tingkat nasional. Karena pada dasarnya urang Sunda lebih senang menempati lembur (daerah tempat tinggal) –nya dan melestarikan segala yang ada didalamnya.

 

 

nb: Namun dari pernyataan-pernyataan diatas, tidak semua urang Sunda memiliki sifat-sifat yang diterangkan. Itu semua hanya pendapat dari saya sebagai urang Sunda yang secara tidak langsung melihat sikap dari kebanyakan urang Sunda yang pernah atau sering saya temui dalam kehidupan sehari-hari saja. Selebihnya tergantung penilaian dari para pembaca sekalian yang lebih ahli dan mengerti tentang pribadi, karakter, dan sifat yang dimiliki urang Sunda sendiri. Karena mungkin setiap manusia baik itu dari suku Sunda atau yang lainnya mempunyai karakter seperti yang telah disebutkan diatas. Jadi, pernyataan-pernyataan tersebut tidak mutlak harus dijadikan acuan untuk menilai karakter pribadi dan sifat suatu suku bangsa, khususnya suku Sunda.


No comments:

Post a Comment

Sesebutan Usum-Usuman

Usum mamaréng = usum mimiti rék ngijih. Usum ngijih = usum hujan, ngecrek saban poé. Usum dangdarat = usum panyelang antara usum hujan je...