Bodor
dalam kamus Lembaga Basa jeung Sastra
Sunda (LBSS) berarti purah nyieun
pikaseurieun batur (kelakuan yang membuat orang lain tertawa). Dalam budaya
masyarakat Sunda bodor seperti sebuah kebiasaan dalam obrolan, baik
itu dalam pertemuan sehari-hari atau resmi sekalipun. Bodor sendiri sepertinya sudah mendarah daging dalam masyarakat
Sunda, sehingga bodor merupakan salah satu ciri khas dalam
masyarakat Sunda yang mempunyai sifat humoris.
Sifat humoris dari
masyarakat Sunda, tercermin dalam cerita berbagai cerita sastra daerahnya.
Cerita Si Kabayan, tokoh Ki Lengser dalam berbagai cerita pantun, dan tokoh
Cepot, Dawala, dan Gareng dalam cerita wayang golek. Semua itu merupakan
gambaran tentang salah satu segi manusia sunda yang bersifat humoris dan
penggembira.
·
1. Si
Kabayan
Si Kabayan merupakan tokoh
imajinatif dari budaya masyarakat Sunda, tokohnya dianggap lucu, polos, tapi
sekaligus cerdas. Cerita-cerita lucu mengenai Si Kabayan di masyarakat Sunda
dituturkan turun temurun baik secara lisan, tulisan, dan drama sejak abad 19
sampai sekarang. Seluruh cerita Si Kabayan juga menggambarkan kehidupan
sehari-hari masyarakat Sunda yang terus berkembang sesuai zaman.
·
2. Ki
Lengser
Ki Lengser merupakan tokoh
pengiring protagonis dalam cerita pantun Sunda. Lengser sebenarnya bukan nama
diri seseorang, tetapi nama jabatan dalam keraton yang terdapat dalam cerita
pantun Sunda. Gambaran Ki Lengser selalu tetap, yakni abdi raja yang sudah lanjut
usia. Itu sebabnya ia sering disebut Ua Lengser (ua dalam bahasa Sunda berarti saudara tua ayah/ibu). Kedudukan Ki
Lengser sejajar dengan tokoh Semar dalam cerita wayang golek, yakni sebagai pawongan (penjaga) ksatria sekaligus penjaga
kebenaran dan keselamatan negara. Karena tugasnya berat ia sering disebut juga
Batara Ua Lengser. Namun ia lebih sering digambarkan seorang yang lucu dan
banyak tingkah.
·
3. Cepot,
Dawala, Gareng
Sastrajingga alias Cepot adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Semar Badranaya dan Sutiragen (sebetulnya Cepot lahir dari saung).
Sastra artinya tulisan, sedangkan Jingga adalah gambaran tokoh wayang yang
mempunyai kelakuan buruk ibarat seorang siswa yang memiliki lapor merah. Meski
demikian kehadirannya selalu dinanti-nanti. Wataknya humoris, suka banyol
ngabodor, tidak peduli kepada siapa pun baik ksatria, raja maupun para dewa.
Kendati begitu lewat humornya dia tetap memberi nasehat petuah dan kritik.
Biasanya seorang dalang menampilkan si Cepot beserta tokoh kocak lainnya
disela-sela cerita sedang tegang, atau di tengah-tengah cerita. Dengan
pembawaan watak yang kocak dan lucu si Cepot selalu menemani para ksatria,
terutama Arjuna dan Ksatria Madukara. Oleh dalang, si Cepot digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan bebas bagi para penonton baik itu nasihat, kritik
maupun petuah dan sindiran yang dikemas dalam guyonan. Dalam berkelahi atau
perang, Sastrajingga biasa ikut dengan bersenjata bedog alias golok. Dalam
pengembangannya Cepot juga punya senjata panah. Para denawa (raksasa/buta)
biasa jadi lawannya.
Sastrajingga memiliki dua orang adik yang tidak kalah kocak dengan kakaknya. Mereka adalah Dawala dan Gareng. Dawala adalah tokoh pewayangan yang digambarkan memiliki hidung mancung, muka bersih serta memiliki sifat sabar, setia dan penurut. Kelemahan yang ditonjolkan pada tokoh ini adalah kurang cerdas dan tidak begitu terampil. Adik kedua Astrajingga setelah si Dawala adalah Gareng. Ia pun memiliki karakter lucu dan kocak. Dalam tokoh pewayangan Gareng adalah anak bungsu dari Semar.
Berdasarkan segi itulah
maka ada orang yang berpendapat bahwa masyarakat Sunda itu bersifat penggembira
dan suka tertawa. Mereka (Si Kabayan, Ki Lengser, Cepot, Dawala, dan Gareng)
bukanlah manusia yang mudah larut dalam duka cita dan kemurungan.
Sastrajingga memiliki dua orang adik yang tidak kalah kocak dengan kakaknya. Mereka adalah Dawala dan Gareng. Dawala adalah tokoh pewayangan yang digambarkan memiliki hidung mancung, muka bersih serta memiliki sifat sabar, setia dan penurut. Kelemahan yang ditonjolkan pada tokoh ini adalah kurang cerdas dan tidak begitu terampil. Adik kedua Astrajingga setelah si Dawala adalah Gareng. Ia pun memiliki karakter lucu dan kocak. Dalam tokoh pewayangan Gareng adalah anak bungsu dari Semar.
lanjut kan karyanya......!
ReplyDeletepunten min, izin sedot buat skripsi, sumber nya boleh tau dari mana?
ReplyDeletemangga, kang. sebagian sumber diambil dari buku Manusia Sunda karya bapak Ajip Rosidi.
Delete